LATAR BELAKANG
Peperangan antar saudara, dimana Pandawa dan Korawa saling
berebut tahta. Kisah tentang pengorbanan dan keteguhan hati dari seorang anak,
kasih sayang orang tua, rasa percaya dari saudara kandung, sikap menjaga harga
diri seorang ksatria serta keikhlasan dari pengabdian seorang istri.
Sinopsis “Gandamayu”
Gandamayu adalah sebuah novel sastra yang ditulis oleh Putu
Fajar Arcana. Sebuah novel yang mengambil sepenggal kisah Mahabharata, dengan
setting awal cerita dari sebuah tempat bernama Setra Gandamayu, tempat paling
angker di muka bumi. Kuburan paling menyeramkan dan tempat paling ditakuti
untuk disinggahi, bukan hanya oleh manusia, namun Dewa sekalipun enggan untuk
kesana.
Novel Gandamayu bercerita tentang Dewi Uma yang dikutuk
oleh suaminya Dewa Siwa. Dewi Uma dikutuk oleh Dewa penguasa kahyangan itu
menjadi Dewi Durga, seorang Dewi kematian yang buruk rupa dan kejam. Dewi Uma
yang perangainya lembut dan penurut, harus menjalani perannya sebagai Dewi
Durga yang bengis, kejam dan tak punya hati. Dikutuknya Dewi Uma sendiri bukan
karena kesalahannya sendiri, melainkan bentuk pengorbanan yang dilakukannya
untuk memenuhi permintaan Dewa Siwa yang sedang mengujinya sebagai istri.
Saat mengutuk Dewi Uma menjadi Dewi Durgaa, Dewa Siwa
memberitahu bahwa hanya Sahadewa yang merupakan keturunan ksatria Pandawa yang
dapat meruwatnya kembali menjadi Dewi Uma. Karena hal inilah Dewi Durga melalui
pelayannya Kalika–yang juga seorang penghuni kahyangan namun dikutuk menjadi
setan yang buruk rupa akibat membunuh suami dan empat puluh orang
lainnya–membawa paksa Sahadewa dari kediamannya di Kerajaan Indraprasta. Kalika
merasuki tubuh Kunti–ibu madu Sahadewa–yang membawa paksa Sahadewa ke Setra
Gandamayu. Kemudian Sahadewa diancam akan dibunuh oleh Dewi Durga apabila tidak
meruwat dirinya kembali menjadi Dewi Uma. Sahadewa yang tidak tahu apa-apa
hampir saja dibunuh oleh Dewi Durga andai Dewa Siwa tidak menolongnya dengan
merasuk ke dalam dirinya dan membacakan mantra untuk meruwat Dewi Durga menjadi
Dewi Uma.
Setelah Dewi Durga kembali menjadi Dewi Uma, Setra
Gandamayu yang tadinya merupakan tempat paling menyeramkan berubah menjadi
padang bunga yang indah dipenuhi oleh bunga-bunga indah. Selepas kisah
peruwatan Dewi Durga menjadi Dewi Uma, novel Gandamayu bercerita tentang perang
antara Pandawa dan Korawa. Dimana pihak Pandawa hampir kalah akibat Korawa
dibantu oleh dua raksasa Kalantaka dan Kalanjaya yang bahkan Bima dan Arjuna
sekalipun sebagai ksatria terkuat tak dapat mengalahkannya. Lalu keteguhan hati
Nakula yang merupakan saudara kembar Sahadewa untuk mencari Sahadewa ke Setra
Gandamayu, yang percaya bahwa saudara kembarnya itu masih hidup dan tidak mati
dibunuh oleh Dewi Durga.
Dalam novel Gandamayu sangat banyak nilai-nilai sosial dan
pelajaran tentang kehidupan yang dapat diambil. Membaca Gandamayu terkadang
sering membuat saya merenung kembali. Merenungi dan meresapi nilai2 yang
disajikan di dalam novel sastra ini.
“Ketika kebodohan dan kemiskinan membekap kita, maka hanya
ada dua pilihan yang mungkin, yakni mengabdi pada penguasa atau sekalian
menjadi bajingan.” (Hal. 74)
“Nafsu amarah yang setiap saat keluar menjadi aura tidak
menyenangkan pada alam sekelilingnya.” (Hal. 87)
“Rasa hanya berhubungan dengan ketulusan terima kasihkita
atas anugerah makanan yang diberikaan hari ini oleh alam.” (Hal. 89)
Komentar penulis
Meski pun Gandamayu merupakan termasuk kategori novel
sastra namun Putu Fajar Arcana dengan apik mengemasnya dengan penulisan yang
sederhana dan ringan. Sehingga saat membaca novel ini pembaca dapat menikmati
tiap bab yang disajikan.
Namun, ada kelemahan yang sangat tampak saat saya membaca
novel ini. Yaitu dalam hal sudut pandang penceritaan. Terkadang sudut pandang
yang dipakai adalah sudut pandang orang pertama. Dimana penulis seolah menjadi
Sahadewa, dan menceritakan dari sudut pandang putra bungsu keluarga Pandawa
tersebut, namun terkadang di bab lain, penulis menggunakan sudut pandang orang
ketiga, dimana penulis menceritakan kisah sebagai orang yang serba tahu.
Walau dengan beberapa kekurangan yang ada dalam novel ini,
saya sebagai pembaca yang jarang membaca kisah sastra, apalagi kisah sastra
Mahabharata dan lainnya, cukup dapat menikmati novel ini.
0 komentar
Posting Komentar