Latar Belakang
Sastrohadiwiryo(2002) yang menyatakan bahwa dengan berkembangnya teknologi saat ini, justru semakin meningkat pula kebutuhan akan tenaga kerja yang profesional. Tenaga kerja yang profesional yaitu tenaga kerja yang tidak hanya memiliki Pendidikan formal saja (pendidikan yang diperoleh di setiap tingkatan pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi), tetapi juga mesti dilengkapi dengan berbagai dimensi dan jurus ilmu.
Isi.
Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori :
o Intrapersonal skill
Mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill (improvement, self control, trust, worthiness, time/source management, proactivity, conscience).
o Interpersonal skill
Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill (leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy).
Pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skill) lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan keterampilan yang dikuasai. Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’.
Hampir semua perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara hard skill dan soft skill, apapun posisi karyawannya. Di kalangan para praktisi SDM, pendekatan ala hard skill saja kini sudah ditinggalkan. Percuma jika hard skill oke, tetapi soft skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Saat rekrutasi karyawan, perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya sederhana : memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi „ Recruit for Attitude, Train for Skill“.
Hal tersebut menunjukkan bahwa : hard skill merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skillnya yang baik.
Psikolog kawakan, David McClelland bahkan berani berkata bahwa faktor utama keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Yang tak lain dan tak bukan merupakan soft skill.
o Contoh Kasus
Bila Anda adalah seorang atasan yang sedang menyeleksi seorang pegawai, yang
manakah yang akan Anda pilih bila terdapat 2 calon pegawai dengan kemampuan
intelektual yang sama, yang satu sombong dan merasa sok pintar sedangkan yang satunya lagi korporatif dan ramah. Tentu yang akan kita pilih adalah yang kedua. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa kegagalan seseorang dalam meraih sesuatu kadang-kadang bukan karena ia tidak mampu untuk meraih sesuatu tersebut namun karena ia terlalu yakin bisa meraih sesuatu tersebut hingga melupakan faktor yang lain, faktor yang justru sangat penting, yaitu emosi pribadi (Softskill)
Saran/Kesimpulan
Perawat dalam kasus ini memiliki keterampilan yang baik dalam Hard Skilldalam tindakan redresing, namun itu semua tidak cukup karena sikap dari perawatdalam berhubungan dengan klienya tidak baik dengan sikap yang kasar, dan membuatklien marah bukan peran perawat sesungguhnya, dalam kasus ini walaupun klienmengucapkkan terimakasih, teapi tujuan klien ini supaya perawat sadar kalau, softskill dalam dunia perawat sangap penting, dan soft skill lebih penting dari hard skillini dibuktikan dengan kemampuan soft skill 80% membuat orang berhasil, sedangkanhard skill hanya 20 %
Sumber :
0 komentar
Posting Komentar